Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Sejarah Perkeretaapian di Indonesia” sesuai waktu yang ditentukan. Tidak lupa
penulis ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran
proses pembuatan makalah ini. Banyak pihak telah membantu penulis untuk mencari
informasi mengenai sejarah perkeretaaapian di Indonesia. Informasi tersebut
sangat bermanfaat untuk pembaca. Sehingga pembaca mendapat ilmu dari penerbitan
makalah ini.
Semoga Allah SWT membalas budi baik
semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam
menyelesaikan makalah ini. Penulis beraharap pembaca dapat memahami dengan baik
isi makalah. Dan semoga buku ini memberikan manfaaat berupa ilmu kepada banyak
orang. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Tetapi penulis
berharap penelitian ini bermanfaaat bagi pembaca.
Banyuwangi,
1 Januari 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Daftar Lampiran 3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang 4-6
1.2
Rumusan masalah 6
1.3
Tujuan 6
1.4
Manfaat 6
BAB
2 PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkeretaapian di
Banyuwangi 7-8
2.2 Sejarah Perkeretaapian di
Indonesia 8-10
Bab 3 Simpulan dan Saran 11
Daftar Pustaka 12
Lampiran 13-14
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar 1: Kereta api
uap pertama di Indonesia
Gambar 2 : Kunjungan ke
Stasiun Banyuwangi Baru
Gambar 3 : Suasana
jalur kereta di Stasiun Banyuwangi Baru
Gambar 4 : Suasana
jalur kereta di Stasiun Banyuwangi Baru
Gambar
5: Suasana keramaian di Stasiun Banyuwangi Baru saat menunggu kedatangan kereta
Probowangi, siang hari
Gambar
6: Kepala stasiun saat menjelaskan mengenai sejarah perubahan jalur kereta
Gambar7 : Susunan
Organisasi Stasiun Banyuwangi Baru
Gambar 8 : Peta kendali
unit kesehatan DAOP 9 Jember
Gambar 9 : Peta kendali
DAOP 9 Jember
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kereta
api menjadi salah satu alat transportasi darat antar kota yang diminati oleh
seluruh lapisan masyarakat. Sistem perkeretaapian di Indonesia menjadi semakin maju, hal ini terlihat dari
pengembangan-pengembangan yang terus dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia
(persero). Dengan semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan jasa kereta api
sebaiknya diimbangi oleh fasilitas – fasilitas yang memadai, peningkatan
kualitas pelayanan yang baik agar masyarakat lebih percaya dan memilih
menggunakan jasa transportasi kereta api. Transportasi di Indonesia memegang
peranan yang sangat penting dalam sendi kehidupan masyarakat.
Proses
transportasi mengalami perkembangan kemajuan. Semua ini berlangsung sejak
reformasi pembangunan digulirkan dan kebutuhan akan moda transportasi massal
dan murah. Kereta api merupakan transportasi yang dipilih sebagai alat angkut
yang mampu mengangkut hasil bumi dan penumpang dalam jumlah banyak, bebas
hambatan serta memiliki tingkat keamanan yang tinggi. UU No. 13/1992 membahas
tentang moda transportasi, yaitu; perkeretaapian adalah salah satu moda
transportasi yang memiliki karakteristik dan keunggulan khusus terutama dalam
kemampuan mengangkut, baik penumpang maupun barang secara massal, hemat energi,
hemat dalam penggunaan ruang.
Kereta
api mempunyai faktor keamanan yang tinggi dan tingkat pencemaran yang rendah
serta lebih efisien dibanding dengan moda lainnya. Kereta api menjadi salah
satu alternatif transportasi darat sebagai sebuah transportasi massal, yang
mampu mengangkut penumpang dan barang dalam jumlah banyak serta murah. Begitu
juga dengan konsumsi bahan bakar kereta api relatif lebih hemat dibandingkan
dengan moda transportasi darat lainnya. Dengan kelebihan-kelebihan tersebut,
perkeretaapian di Indonesia seharusnya lebih dimanfaatkan sebagai salah satu
alternatif solusi dalam menyelesaikan permasalahan kemacetan.
Yati
Nurhayati dalam buku “Sejarah Kereta Api Indonesia” mengatakan bahwa kereta api
sudah ada di Indonesia sejak tahun 1867, yaitu pada masa pemerintahan Belanda.
Sejarah perkeretaapian Indonesia tidak terlepas dari sejarah perjuangan Bangsa
Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Dalam perkembangannya, kereta api
Indonesia sudah melalui empat masa, yaitu masa penjajahan Belanda, masa
pejajahan Jepang, masa setelah kemerdekaan, dan masa modern (2014 : 161).
Kereta api tanpa kita sadari memiliki peranan penting sejak jaman perjuangan
hingga sekarang. Walaupun kereta api digunakan oleh banyak orang, namun masih
banyak bangsa Indonesia yang tidak mengetahui sejarah kereta api Indonesia yang
merupakan warisan bangsa. Selama ini , buku sejarah pada umumnya yang beredar
di pasaran, termasuk buku sejarah kereta api Indonesia, relatif berbentuk text
book. Padahal apabila buku buku sejarah tersebut dikemas dengan memperhatikan
elemen-elemen visual yang menarik, konten dapat tersampaikan dengan lebih baik
dan juga mudah dimengerti oleh pembaca.
Sejarah kereta api Indonesia mengandung banyak
cerita yang menarik, seperti misalnya pada zaman perang gerbong kereta api
digunakan sebagai alat komuniasi dengan cara menulisi kalimat-kalimat seperti
‘Merdeka atau Mati’ dengan ukuran yang sangat besar sebagai penyemangat bagi
para pejuang, kemudian kereta api pernah digunakan sebagai alat perang dimana
pihak Indonesia mengirimkan kereta kosong dengan kecepatan yang sangat tinggi
untuk sengaja ditabrakkan dengan kereta api yang berisi tentara NICA (
Nederlands Indies Civil Administration), selain itu sejarah kereta api juga
menggambarkan betapa besarnya peranan kereta api bagi bangsa Indonesia dari
masa ke masa.
Stasiun
menjadi salah satu bukti sejarah perkeretaapian. Stasiun Banyuwangi salah
satunya. Stasiun di Banyuwangi menyimpan sejarah penting yang menjadi salah
satu sejarah nasional kereta api, karena Banyuwangi merupakan kota yang berada
di ujung timur Pulau Jawa yang menjadi tempat pemberhentian akhir kereta di
Pulau Jawa, tepatnya di Stasiun Banyuwangi Baru.
Oleh
karena itu, penulis ingin membuat buku publikasi yang membahas sejarah kereta
api di Banyuwangi dan di Indonesia yang dikemas dengan visual-visual pendukung
sehingga menghilangkan kesan membosankan dari buku sejarah pada umumnya. Dengan
pengemasan yang menarik tersebut diharapkan meningkatnya minat pembaca
mempelajari sejarah dan bisa menjadikan sejarah sebagai salah satu sarana
rekreatif dan edukatif.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Bagaimana sejarah perkeretaapian di
Banyuaangi ?
b.
Bagaimana sejarah perkeretaapian di
Indonesia ?
1.3 Tujuan
a.
Mengetahui sejarah perkeretaapian di
Banyuwangi
b.
Mengetahui sejarah perkeretaapian di
Indonesia
1.4 Manfaat
a.
Manfaat Peneliti
·
Peniliti menjadi lebih tahu dan memahami
tentang sejarah perkeretaapian di Banyuwangi dan di Indonesia.
·
Peniliti mendapat pengalaman dalam
penyusunan makalah ini.
b.
Manfaat Pembaca
·
Pembaca mendapatkan banyak ilmu mengenai
sejarah perkeretaapian di Banyuwangi dan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkeretaapian di Banyuwangi
Jalur kereta api
Jember – Banyuwangi berubah sejak tahun 1985. Dahulu, Stasiun Banyuwangi Lama
menjadi stasiun pemberhentian akhir, sekarang berubah menjadi stasiun
Banyuwangi Baru yang terletak di Ketapang, dekat pelabuhan penyeberangan.
Persimpangan jalur terletak di Kabat, Banyuwangi. Sekarang satsiun Banyuwangi
Lama yang terletak di Kecamatan Banyuwangi itu sudah tidak difungsikan lagi. Pihak
perusahaan kereta api menyewakan kepada masyarakat umum. Stasiun-stasiun yang
menjadi stasiun baru (hasil penyimpangan jalur) kala itu diantaranya stasiun
Rogojampi, Karangasem, Argopuro, dan Banyuwangi baru. Sehingga keempat stasiun
baru tersebut mempunyai bangunan yang beda dengan bangunan stasiun lainnya yang
berupa peninggalan Belanda.Tujuan perubahan dan penambahan jalur kereta api ini
adalah untuk mempermudah akses masyarakat dari pelabuhan ke stasiun. Selain itu
juga untuk angkutan barang, sehingga mempermudah dalam proses distribusi ke
pelabuhan. Dahulu Stasiun Banyuwangi beroperasi dalam hal angkutan barang
sampai ke Pelabuhan Meneng. Saat itu angkutan yang dibawa yaitu kursi, tetapi
sekarang sudah tidak beroperasi lagi. Untuk ke depannya, pihak PT.KAI berencana
bekerjasama dengan investor dari Bali dalam hal petik kemas barang angkutan.
Jalur yang digunakan yaitu jalur 6.
Efandi
Setiabudi, Kepala Stasiun Banyuwangi Baru mengakatan bahwa, pertama kali
diresmikan, stasiun Banyuwangi Baru mempunyai 14 jalur kereta api. Untuk sistem
persinyalan, stasiun di Banyuwangi masih menggunakan sistem block mekanik,
bukan sistem otomatis. Candra Hafi, Wakil Kepala stasiun menambahkan, untuk
daerah pengoperasian dari Surabaya ke barat sudah menggunakan sistem otomatis.
Stasiun Banyuwangi Baru berpotensi sebagai moda angkutan barang. Sampai saat
ini kereta api mengopersikan angkutan barang berupa semen dari Jakarta ke
Banyuwangi, 3 hari sekali dengan rangkain 20 GD. Jadi pembongkaran barang
dilakukan di Stasiun Banyuwangi Baru. PT.Kereta Api telah melakukan kerja sama
dengan PT.DAMRI untuk proses angkut barang ini, untuk diangkut ke Denpasar.
Untuk tiket, mereka menggunakan tiket persambungan. Stasiun Banyuwangi Baru ini
sangat berpotensi dalam angkutan barang, sebagai perannya untuk jemput dan
angkut barang, karena letaknya yang strategis, dekat dengan pelabuhan.
Bebereapa waktu
lalu Bapak Mentri Perhubungan berkunjung langsung ke Pelabuhan Ketapang, salah
satunya membahas mengenai sarana antara Pelabuhan Ketapang dan Stasiun
Banyuwangi Baru. Rencananya, pemerintah akan membangun jembatan layang (fly
over) yang menghubungkan antar dua tempat tersebut. Sarana tersebut bertujuan
untuk mempermudah penumpang untuk transit dari stasiun ke pelabuhan atau
sebaliknya. Bahkan, pemerintah berencana membangun terminal di lokasi dekat
dengan stasiun dan pelabuhan. Sehingga penumpang dapat dengan mudah dalam
mencari akses. Ditambah lagi Bali sebagai tempat wisata favorit. Hal ini
memperkuat alasan mengapa di daerah penyeberangan perlu dibangun tempat-tempat
transit kendaraan umum.Sampai saat ini di Banyuwangi belum pernah ada
masalah-masalah mengenai sarana maupun prasarana.
Di Stasiun
Banyuwangi Baru terdapat dipo kereta maupun dipo lokomotif. Di stasiun ini
lengkap karena Stasiun Banyuwangi Baru sebagai stasiun awal pemberangkatan.
Sehingga saat kereta datang, langsung dicek dan dibersihkan di dipo stasiun
ini. Selain itu, di stasiun ini mempunyai perbedaan yang cukup banyak
dibandingkan dengan stasiun lain. Salah satunya adalah dengan adanya rumah sinyal yang terletak di
ujung ujung stasiun. Rumah sinyal ini berguna sebagai tempat pengoperasian
wesel untuk perpindahan jalur KA. Untuk di stasiun lain, pengoperasian wesel hanya
terdapat di kantor PPKA (Pengatur Perlintasan Kereta Api). Hal ini dikarenakan
stasiun Banyuwangi Baru sebagai stasiun pemberangkatan awal sehingga banyak
terjadi langsir.
2.2 Sejarah Perkeretaapian di Indonesisa
Kehadiran
kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan
KA di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia
Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh
Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM)
yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km)
dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari
Sabtu, 10 Agustus 1867.
Keberhasilan
swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen - Tanggung, yang kemudian
pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta
(110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di daerah
lainnya. Tidak mengherankan, jika pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 -
1900 tumbuh de-ngan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 Km, tahun 1870 menjadi 110
Km, tahun 1880 mencapai 405 Km, tahun 1890 menjadi 1.427 Km dan pada tahun 1900
menjadi 3.338 Km.
Selain
di Jawa, pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara
(1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di
Sulawasi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar,
yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang - Maros
belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat
dibangun, studi jalan KA Pontianak - Sambas (220 Km) sudah diselesaikan.
Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, pernah dilakukan studi pembangunan
jalan KA.
Sampai
dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 Km. Tetapi,
pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang Iebih 901 Km
raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut
ke Burma untuk pembangunan jalan KA di sana. Jenis jalan rel KA di Indonesia
semula dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm di
beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa
pendudukan Jepang (1942 - 1943) sepanjang 473 Km, sedangkan jalan KA yang
dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah - Cikara dan 220 Km
antara Muaro - Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA
Muaro - Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang
mempekerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang
melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak
menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro- Pekanbaru.
Setelah
Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan KA
yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil alih kekuasa-an
perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada
tanggal 28 September 1945. Pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan
sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945
kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak
diperbolehkan campur tangan lagi urusan perkeretaapi-an di Indonesia. Inilah
yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api di
Indonesia, serta dibentuknya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI).
Ringkasan Sejarah Perkeretaapian Indonesia
Periode
|
Status
|
Dasar
Hukum
|
Th. 1864
|
Pertama kali dibangun Jalan Rel sepanjang 26 km
antara Kemijen Tanggung oleh Pemerintah Hindia Belanda
|
|
1864 s.d 1945
|
Staat Spoorwegen (SS) Verenigde Spoorwegenbedrifj
(VS) Deli Spoorwegen Maatschappij (DSM)
|
IBW
|
1945 s.d 1950
|
DKA
|
IBW
|
1950 s.d 1963
|
DKA - RI
|
IBW
|
1963 s.d 1971
|
PNKA
|
PP. No. 22 Th. 1963
|
1971 s.d.1991
|
PJKA
|
PP. No. 61 Th. 1971
|
1991 s.d 1998
|
PERUMKA
|
PP. No. 57 Th. 1990
|
1998 s.d. 2010
|
PT. KERETA API (Persero)
|
PP. No. 19 Th. 1998
Keppres No. 39 Th. 1999 Akte Notaris Imas Fatimah |
Mei 2010 s.d sekarang
|
PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)
|
Instruksi Direksi No. 16/OT.203/KA 2010
|
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1
Simpulan
a)
Jalur kereta api Jember – Banyuwangi berubah sejak tahun 1985. Perubahan bertujuan
untuk mempermudah proses angkut barang dari stasiun ke pelabuhan. Dahulu
Stasiun Banyuwangi Baru beroperasi dalam hal angkutan barang sampai ke
Pelabuhan Meneng. Pertama kali diresmikan, stasiun Banyuwangi Baru mempunyai 14
jalur kereta api. Selain itu stasiun Banyuwangi Baru menjadi stasiun
pemberangkatan awal sehingga mempunyai fasilitas dipo sangat lengkap.
b)
Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama
pembangunan jalan KA di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur
Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Jenis jalan rel
KA di Indonesia semula dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh)
dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Setelah kemerdekaan
Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan KA yang
tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil alih kekuasa-an
perkeretaapian dari pihak Jepang.
3.2 Saran
a)
Stasiun Banyuwangi Baru mempunyai potensi besar, alangkah baiknya jika rencana
pemerintah untuk membuat fly over segera diwujudkan untuk kemajuan di bidang
perhubungan.
b)
Teknologi perkeretaapian berkembang sangat pesat saat ini, alangah baiknya
untuk dikembangkan lagi sehingga Indonesia menjadi negara yang maju.
DAFTAR PUSTAKA
DS%20Bab1001.pdf.01/01/2017.10.45
LAMPIRAN
Gambar
1 Gambar
2
Gambar 3 Gambar
4
Gambar
5 Gambar
6
Gambar 7 Gambar
8
Gambar 9