Tuesday, January 31, 2017

Sejarah Perkeretaapian di Indonesia dan di Banyuwangi



Kata Pengantar

Puji syukur  penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Perkeretaapian di Indonesia” sesuai waktu yang ditentukan. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran proses pembuatan makalah ini. Banyak pihak telah membantu penulis untuk mencari informasi mengenai sejarah perkeretaaapian di Indonesia. Informasi tersebut sangat bermanfaat untuk pembaca. Sehingga pembaca mendapat ilmu dari penerbitan makalah ini.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis beraharap pembaca dapat memahami dengan baik isi makalah. Dan semoga buku ini memberikan manfaaat berupa ilmu kepada banyak orang. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Tetapi penulis berharap penelitian ini bermanfaaat bagi pembaca.


                                                               Banyuwangi, 1 Januari 2017
                                                                                                                                                   Penulis




DAFTAR ISI

Kata Pengantar                                                                                               1
Daftar Isi                                                                                                         2
Daftar Lampiran                                                                                             3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang                                                                                     4-6
1.2 Rumusan masalah                                                                                 6
1.3 Tujuan                                                                                                  6
1.4 Manfaat                                                                                                6
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkeretaapian di Banyuwangi                                                7-8
2.2 Sejarah Perkeretaapian di Indonesia                                                    8-10
Bab 3 Simpulan dan Saran                                                                              11
Daftar Pustaka                                                                                                            12
Lampiran                                                                                                         13-14







DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 1: Kereta api uap pertama di Indonesia
Gambar 2 : Kunjungan ke Stasiun Banyuwangi Baru
Gambar 3 : Suasana jalur kereta di Stasiun Banyuwangi Baru
Gambar 4 : Suasana jalur kereta di Stasiun Banyuwangi Baru
Gambar 5: Suasana keramaian di Stasiun Banyuwangi Baru saat menunggu kedatangan kereta Probowangi, siang hari
Gambar 6: Kepala stasiun saat menjelaskan mengenai sejarah perubahan jalur kereta
Gambar7 : Susunan Organisasi Stasiun Banyuwangi Baru
Gambar 8 : Peta kendali unit kesehatan DAOP 9 Jember
Gambar 9 : Peta kendali DAOP 9 Jember









BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Kereta api menjadi salah satu alat transportasi darat antar kota yang diminati oleh seluruh lapisan masyarakat. Sistem perkeretaapian di Indonesia menjadi  semakin maju, hal ini terlihat dari pengembangan-pengembangan yang terus dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia (persero). Dengan semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan jasa kereta api sebaiknya diimbangi oleh fasilitas – fasilitas yang memadai, peningkatan kualitas pelayanan yang baik agar masyarakat lebih percaya dan memilih menggunakan jasa transportasi kereta api. Transportasi di Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam sendi kehidupan masyarakat.
Proses transportasi mengalami perkembangan kemajuan. Semua ini berlangsung sejak reformasi pembangunan digulirkan dan kebutuhan akan moda transportasi massal dan murah. Kereta api merupakan transportasi yang dipilih sebagai alat angkut yang mampu mengangkut hasil bumi dan penumpang dalam jumlah banyak, bebas hambatan serta memiliki tingkat keamanan yang tinggi. UU No. 13/1992 membahas tentang moda transportasi, yaitu; perkeretaapian adalah salah satu moda transportasi yang memiliki karakteristik dan keunggulan khusus terutama dalam kemampuan mengangkut, baik penumpang maupun barang secara massal, hemat energi, hemat dalam penggunaan ruang.
Kereta api mempunyai faktor keamanan yang tinggi dan tingkat pencemaran yang rendah serta lebih efisien dibanding dengan moda lainnya. Kereta api menjadi salah satu alternatif transportasi darat sebagai sebuah transportasi massal, yang mampu mengangkut penumpang dan barang dalam jumlah banyak serta murah. Begitu juga dengan konsumsi bahan bakar kereta api relatif lebih hemat dibandingkan dengan moda transportasi darat lainnya. Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, perkeretaapian di Indonesia seharusnya lebih dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif solusi dalam menyelesaikan permasalahan kemacetan.
Yati Nurhayati dalam buku “Sejarah Kereta Api Indonesia” mengatakan bahwa kereta api sudah ada di Indonesia sejak tahun 1867, yaitu pada masa pemerintahan Belanda. Sejarah perkeretaapian Indonesia tidak terlepas dari sejarah perjuangan Bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Dalam perkembangannya, kereta api Indonesia sudah melalui empat masa, yaitu masa penjajahan Belanda, masa pejajahan Jepang, masa setelah kemerdekaan, dan masa modern (2014 : 161). Kereta api tanpa kita sadari memiliki peranan penting sejak jaman perjuangan hingga sekarang. Walaupun kereta api digunakan oleh banyak orang, namun masih banyak bangsa Indonesia yang tidak mengetahui sejarah kereta api Indonesia yang merupakan warisan bangsa. Selama ini , buku sejarah pada umumnya yang beredar di pasaran, termasuk buku sejarah kereta api Indonesia, relatif berbentuk text book. Padahal apabila buku buku sejarah tersebut dikemas dengan memperhatikan elemen-elemen visual yang menarik, konten dapat tersampaikan dengan lebih baik dan juga mudah dimengerti oleh pembaca.
 Sejarah kereta api Indonesia mengandung banyak cerita yang menarik, seperti misalnya pada zaman perang gerbong kereta api digunakan sebagai alat komuniasi dengan cara menulisi kalimat-kalimat seperti ‘Merdeka atau Mati’ dengan ukuran yang sangat besar sebagai penyemangat bagi para pejuang, kemudian kereta api pernah digunakan sebagai alat perang dimana pihak Indonesia mengirimkan kereta kosong dengan kecepatan yang sangat tinggi untuk sengaja ditabrakkan dengan kereta api yang berisi tentara NICA ( Nederlands Indies Civil Administration), selain itu sejarah kereta api juga menggambarkan betapa besarnya peranan kereta api bagi bangsa Indonesia dari masa ke masa.
Stasiun menjadi salah satu bukti sejarah perkeretaapian. Stasiun Banyuwangi salah satunya. Stasiun di Banyuwangi menyimpan sejarah penting yang menjadi salah satu sejarah nasional kereta api, karena Banyuwangi merupakan kota yang berada di ujung timur Pulau Jawa yang menjadi tempat pemberhentian akhir kereta di Pulau Jawa, tepatnya di Stasiun Banyuwangi Baru.
Oleh karena itu, penulis ingin membuat buku publikasi yang membahas sejarah kereta api di Banyuwangi dan di Indonesia yang dikemas dengan visual-visual pendukung sehingga menghilangkan kesan membosankan dari buku sejarah pada umumnya. Dengan pengemasan yang menarik tersebut diharapkan meningkatnya minat pembaca mempelajari sejarah dan bisa menjadikan sejarah sebagai salah satu sarana rekreatif dan edukatif.

1.2  Rumusan Masalah
a.         Bagaimana sejarah perkeretaapian di Banyuaangi ?
b.        Bagaimana sejarah perkeretaapian di Indonesia ?

1.3  Tujuan
a.       Mengetahui sejarah perkeretaapian di Banyuwangi
b.      Mengetahui sejarah perkeretaapian di Indonesia

1.4  Manfaat
a.         Manfaat Peneliti
·           Peniliti menjadi lebih tahu dan memahami tentang sejarah perkeretaapian di Banyuwangi dan di Indonesia.
·           Peniliti mendapat pengalaman dalam penyusunan makalah ini.
b.                  Manfaat Pembaca
·         Pembaca mendapatkan banyak ilmu mengenai sejarah perkeretaapian di Banyuwangi dan di Indonesia.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkeretaapian di Banyuwangi
Jalur kereta api Jember – Banyuwangi berubah sejak tahun 1985. Dahulu, Stasiun Banyuwangi Lama menjadi stasiun pemberhentian akhir, sekarang berubah menjadi stasiun Banyuwangi Baru yang terletak di Ketapang, dekat pelabuhan penyeberangan. Persimpangan jalur terletak di Kabat, Banyuwangi. Sekarang satsiun Banyuwangi Lama yang terletak di Kecamatan Banyuwangi itu sudah tidak difungsikan lagi. Pihak perusahaan kereta api menyewakan kepada masyarakat umum. Stasiun-stasiun yang menjadi stasiun baru (hasil penyimpangan jalur) kala itu diantaranya stasiun Rogojampi, Karangasem, Argopuro, dan Banyuwangi baru. Sehingga keempat stasiun baru tersebut mempunyai bangunan yang beda dengan bangunan stasiun lainnya yang berupa peninggalan Belanda.Tujuan perubahan dan penambahan jalur kereta api ini adalah untuk mempermudah akses masyarakat dari pelabuhan ke stasiun. Selain itu juga untuk angkutan barang, sehingga mempermudah dalam proses distribusi ke pelabuhan. Dahulu Stasiun Banyuwangi beroperasi dalam hal angkutan barang sampai ke Pelabuhan Meneng. Saat itu angkutan yang dibawa yaitu kursi, tetapi sekarang sudah tidak beroperasi lagi. Untuk ke depannya, pihak PT.KAI berencana bekerjasama dengan investor dari Bali dalam hal petik kemas barang angkutan. Jalur yang digunakan yaitu jalur 6.
Efandi Setiabudi, Kepala Stasiun Banyuwangi Baru mengakatan bahwa, pertama kali diresmikan, stasiun Banyuwangi Baru mempunyai 14 jalur kereta api. Untuk sistem persinyalan, stasiun di Banyuwangi masih menggunakan sistem block mekanik, bukan sistem otomatis. Candra Hafi, Wakil Kepala stasiun menambahkan, untuk daerah pengoperasian dari Surabaya ke barat sudah menggunakan sistem otomatis. Stasiun Banyuwangi Baru berpotensi sebagai moda angkutan barang. Sampai saat ini kereta api mengopersikan angkutan barang berupa semen dari Jakarta ke Banyuwangi, 3 hari sekali dengan rangkain 20 GD. Jadi pembongkaran barang dilakukan di Stasiun Banyuwangi Baru. PT.Kereta Api telah melakukan kerja sama dengan PT.DAMRI untuk proses angkut barang ini, untuk diangkut ke Denpasar. Untuk tiket, mereka menggunakan tiket persambungan. Stasiun Banyuwangi Baru ini sangat berpotensi dalam angkutan barang, sebagai perannya untuk jemput dan angkut barang, karena letaknya yang strategis, dekat dengan pelabuhan.
Bebereapa waktu lalu Bapak Mentri Perhubungan berkunjung langsung ke Pelabuhan Ketapang, salah satunya membahas mengenai sarana antara Pelabuhan Ketapang dan Stasiun Banyuwangi Baru. Rencananya, pemerintah akan membangun jembatan layang (fly over) yang menghubungkan antar dua tempat tersebut. Sarana tersebut bertujuan untuk mempermudah penumpang untuk transit dari stasiun ke pelabuhan atau sebaliknya. Bahkan, pemerintah berencana membangun terminal di lokasi dekat dengan stasiun dan pelabuhan. Sehingga penumpang dapat dengan mudah dalam mencari akses. Ditambah lagi Bali sebagai tempat wisata favorit. Hal ini memperkuat alasan mengapa di daerah penyeberangan perlu dibangun tempat-tempat transit kendaraan umum.Sampai saat ini di Banyuwangi belum pernah ada masalah-masalah mengenai sarana maupun prasarana.
Di Stasiun Banyuwangi Baru terdapat dipo kereta maupun dipo lokomotif. Di stasiun ini lengkap karena Stasiun Banyuwangi Baru sebagai stasiun awal pemberangkatan. Sehingga saat kereta datang, langsung dicek dan dibersihkan di dipo stasiun ini. Selain itu, di stasiun ini mempunyai perbedaan yang cukup banyak dibandingkan dengan stasiun lain. Salah satunya adalah  dengan adanya rumah sinyal yang terletak di ujung ujung stasiun. Rumah sinyal ini berguna sebagai tempat pengoperasian wesel untuk perpindahan jalur KA. Untuk di stasiun lain, pengoperasian wesel hanya terdapat di kantor PPKA (Pengatur Perlintasan Kereta Api). Hal ini dikarenakan stasiun Banyuwangi Baru sebagai stasiun pemberangkatan awal sehingga banyak terjadi langsir.

2.2 Sejarah Perkeretaapian di Indonesisa
Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867.
Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen - Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, jika pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh de-ngan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 Km, tahun 1870 menjadi 110 Km, tahun 1880 mencapai 405 Km, tahun 1890 menjadi 1.427 Km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 Km.
Selain di Jawa, pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawasi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang - Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA Pontianak - Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA.
Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 Km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang Iebih 901 Km raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA di sana. Jenis jalan rel KA di Indonesia semula dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942 - 1943) sepanjang 473 Km, sedangkan jalan KA yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah - Cikara dan 220 Km antara Muaro - Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro - Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang mempekerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro- Pekanbaru.
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil alih kekuasa-an perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada tanggal 28 September 1945. Pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak diperbolehkan campur tangan lagi urusan perkeretaapi-an di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI).
Ringkasan Sejarah Perkeretaapian Indonesia
Periode
Status
Dasar Hukum
Th. 1864
Pertama kali dibangun Jalan Rel sepanjang 26 km antara Kemijen Tanggung oleh Pemerintah Hindia Belanda

1864 s.d 1945
Staat Spoorwegen (SS) Verenigde Spoorwegenbedrifj (VS) Deli Spoorwegen Maatschappij (DSM)
IBW
1945 s.d 1950
DKA
IBW
1950 s.d 1963
DKA - RI
IBW
1963 s.d 1971
PNKA
PP. No. 22 Th. 1963
1971 s.d.1991
PJKA
PP. No. 61 Th. 1971
1991 s.d 1998
PERUMKA
PP. No. 57 Th. 1990
1998 s.d. 2010
PT. KERETA API (Persero)
PP. No. 19 Th. 1998
Keppres No. 39 Th. 1999
Akte Notaris Imas Fatimah
Mei 2010 s.d sekarang
PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)
Instruksi Direksi No. 16/OT.203/KA 2010
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
a) Jalur kereta api Jember – Banyuwangi berubah sejak tahun 1985. Perubahan bertujuan untuk mempermudah proses angkut barang dari stasiun ke pelabuhan. Dahulu Stasiun Banyuwangi Baru beroperasi dalam hal angkutan barang sampai ke Pelabuhan Meneng. Pertama kali diresmikan, stasiun Banyuwangi Baru mempunyai 14 jalur kereta api. Selain itu stasiun Banyuwangi Baru menjadi stasiun pemberangkatan awal sehingga mempunyai fasilitas dipo sangat lengkap.
b) Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Jenis jalan rel KA di Indonesia semula dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil alih kekuasa-an perkeretaapian dari pihak Jepang.
3.2 Saran
a) Stasiun Banyuwangi Baru mempunyai potensi besar, alangkah baiknya jika rencana pemerintah untuk membuat fly over segera diwujudkan untuk kemajuan di bidang perhubungan.
b) Teknologi perkeretaapian berkembang sangat pesat saat ini, alangah baiknya untuk dikembangkan lagi sehingga Indonesia menjadi negara yang maju.





DAFTAR PUSTAKA


DS%20Bab1001.pdf.01/01/2017.10.45




https://www.kereta-api.co.id/ . 01/01/2017.10.47














LAMPIRAN

Gambar 1                                                                    Gambar 2




            Gambar 3                                                                    Gambar 4




Gambar 5                                                                    Gambar 6






              Gambar 7                                                                  Gambar 8






              Gambar 9